Camping Ground Tikus Emas

Seri Prognas Literasi Digital ke-6 Kabupaten Bangka Barat 'Mau Gaul Beretika, Saring Sebelum Sharing'

23, August 2021 - 07:40 PM
Reporter : adithan
Doc
Doc

BANGKA BELITUNG TERKINI - Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bangka Barat Mulai bergulir. Pada senin, (16/8/21) pukul sembilan pagi telah dilangsungkan Webinar bertajuk “Saring Sebelum Sharing”

Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif-nya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.

Pengguna internet di Indonesia padaawal 2021 mencapai 202,6 juta jiwa. Total jumlahpenduduk Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9juta jiwa. Ini artinya, penetrasi internet di Indonesia padaawal 2021 mencapai 73,7 persen.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah terkait literasi digital. "Hasil survey literasi digital yang kita lakukan bersama siber kreasidan kata data pada 2020 menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia masih pada angka 3,47 dari skala 1 hingga 4. Hal itu menunjukkan indeks literasi digital kita masih di bawah tingkatan baik," katanya lewat diskusi virtual. Dalam konteks inilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI ini menjadi agenda yang amat strategis dan krusial, dalam membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.

Pada webinar yang menyasar target segmen pimpinan sekolah dan komite sekolah di Bangka Barat dansuksesdihadiri209 peserta daring ini, hadirdanmemberikanmaterinyasecara virtual, paraNarasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Syali Gestanon, S.Sos (KASI Pengelolaan dan Aspirasi Publik Dinas Kominfotik), Harry Sanjaya, S.Sos, M.Si (KASI Pelayanan Informasi Publik Dinas Kominfotik), Syarifudin, S.Ag, M.Pd.I (Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bangka Barat), Ikhsan Taufik, S.Sos (Pendidik dan Enterpreneur Muda). Pegiat media sosial yang juga seorang MC dan kreator konten, @erisafaddd, bertindak sebagai Key Opinion Leader (KOL) dan memberikan pengalamannya.

Pada Sesi pertama, Syali Gestanon, S.Sos menjelaskan bahwa literasi digital Indonesia saat ini menempati ranking ke 56 dari 63 negara berdasarkan survey global world digital competitiveness index. Pandemi covid-19 memberikan dampak yang baru terhadap perkembangan media sosial di Indonesia. Adaptasi baru membuat kita bersosialisasi dengan gaya baru, yang mulanya bertatapan secara langsung dan kini kita disuguhkan dengan pertemuan-pertemuan virtual. Media bersosialisasi berbasis video dan audio menjadi primadiona pada saat ini. Agar kita dapat menggunakan internet dengan sehat dan aman kita perlu memerhatikan hal-hal berikut, menyibukkan diri  kita dengan hal positif, think before posting and comment, internet hutan belantara informasi, jadi saring terlebih dahulu informasi yang masuk ke kita untuk mengetahui kebenarannya.

Giliran pembicara kedua, Harry Sanjaya, S.Sos, M.Si mengatakan bahwa sebagai pengguna internet yang baik, hendaknya kita sudah mengetahui makna “hoaks”. Menurut KBBI hoaks adalah berita bohong atau berita yang tak bersumber. Hoaks saat ini menjadi fenomena yang  berkembang di masyarakat. Dengan demikian, kita sebagai pengguna media sosial yang cerdas harus memerhatikan beberapa tips yang sangat mudah untuk kita jalani, pahami UU ITE dan sanksinya guna mencegah kita agar tidak kebablasan, think before you post, karena jari kita adalah macan kita sendiri yang bisa menerkam kita kapan saja, saring sebelum sharing, jangan mudah percaya dengan berita-berita yang belum jelas sumbernya.

Tampil sebagai pembicara ketiga, Syarifudin, S.Ag, M.Pd.I memaparkan bahwa tata krama, etika, akhlak dalam kehidupan sehari-hari juga harus diterapkan di dunia digital. Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban, begitupun di dunia digital, nantinya kita akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang kita lakukan dengan teknologi, semua yang kita lakukan akan kembali baik jika kita selalu berpedoman kepada nilai-nilai agama dan hidup bermasyarakat. Dengan demikian, saya berharap hubungan kita, komunikasi kita, hendaknya menggunakan etika yang baik dalam kehidupan nyata maupun hal yang berkaitan dengan teknologi.

Pembicara keempat, Ikhsan Taufik, S.Sos menegaskan bahwa dunia sudah bergeser ke dunia digital, semua informasi, semua bacaan, semua hal bahkan dapat kita genggam dengan teknologi. Budaya digital adalah cara kita memberdayakan teknologi untuk hal-hal yang lebih positif. Saat ini anak-anak kita sudah bisa dikatakan candu terhadap gadget, bagaimana tidak, karena saat ini semua pembelajaran menggunakan sistem daring dan gawai, akan tetapi hal ini dapat kita minimalisasi dengan adanya pengawasan orang tua dalam penggunaan gawai ketika proses pembelajaran berlangsung.

@erisafadddsebagai key opinion leader dalam webinar kali ini, menuturkan bahwasaat ini dalam bermedia kita harus cerdas dalam memilih dan memilah informasi yang kita dapat. Informasi yang kita dapatkan tidak semuanya harus kita tampung, harus kita bagi, akan tetapi kita harus cek lagi berita tersebut. Sebagai kreator konten, banyak sekali kadang orang yang langsung minta share informasi yang dibagikan, nah sebaiknya kita harus membentengi diri untuk tidak share informasi bohong walaupun yang meminta adalah orang terdekat kita.

Para peserta mengikuti denganantusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Riski Ferdiansyah, menanyakan bagaimana kita menanggapi dan mendeteksi berita yang benar? dan dijawab oleh Harry Sanjaya, S.Sos, M.Si, sejatinya kita sebagai penerima informasi biasanya kita dapatkan di media, nah untuk informasi yang sudah masuk ke media biasnya juga sudah berdasarkan konfirmasi kepada informan berita tersebut. Untuk informasi yang belum valid hendaknya kita tidak langsung membagikannya, kita harusnya lebih bijak lagi terhadap informasi yang masuk ken kita dengan mencari referensi dan sumber yang tepat.

Webinar ini merupakan satu dari rangkaian enam kali webinar yang diselenggarakan di Kabupaten Bangka Barat. Masyarakat diharapkan dapat hadir pada webinar-webinar yang akan datang. (*)