Camping Ground Tikus Emas

BPBD Bangka Belitung dan Basarnas Latihan Bersama Penanggulangan Bencana

23, November 2019 - 01:14 PM
Reporter : adithan
BPBD Bangka Belitung dan Basarnas Latihan Bersama Penanggulangan Bencana dengan melibatkan komunitas
BPBD Bangka Belitung dan Basarnas Latihan Bersama Penanggulangan Bencana dengan melibatkan komunitas

Berita Bangka Belitung - Bangka Terkini, Pangkalpinang --- BPBD Bangka Belitung (Babel) dan Basarnas gelar latihan bersama dalam penanggulangan bencana, yang bertempat di Balitong Resort Pangkalpinang, Sabtu (23/11/2019).

Kegiatan bertemakan semangat kerjasama dalam mendukung komitmen Basarnas dan BPBD Babel menuju sinergitas dalam penanggulangan bencana di Provinsi Bangka Belitung, diikuti 100 orang perwakilan yang tergabung dalam komunitas Babel Peduli.

Dalam sambutannya Gubernur Bangka Belitung, Erzaldi Rosman diwakili Kepala BPBD Babel Mikron Antariksa menyampaikan akhir - akhir ini bangsa Indonesia, khususnya Babel sedang diuji dengan banyaknya kejadian bencana diberbagai wilayah. Hal ini dilihat dari terjadinya bencana dari waktu ke waktu yang semakin meningkat intensitasnya, besaran maupun dampaknya.

Dijelaskannya juga, Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan faktor alam, non alam, maupun faktor manusia.

Bebagai bencana alam terutama bencana yang bersifat hidrometrologi selalu berdampak negatif bagi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, khususnya korban bencana alam seperti timbulnya korban jiwa, kerugian harta benda, rusaknya sarana dan prasarana lingkungan serta hilangnya mata pencaharian.

Pada tahun 2019 untuk Bangka Belitung hingga periode 31 Oktober 2019, diakuinya tercatat sebanyak 269 kejadian bencana, dengan jumlah korban sebanyak 3.663 orang yang terpapar. " bersyukur tidak ada yang meninggal dunia, tapi yang terpapar untuk korban yang mengalami bencana sudaha mencapai angka 3.663 orang," ungkapnya.

Oleh karena itu, ditambahkan Mikron untuk mengantisipasi dampak akibat dari bencana tersebut, diperlukan upaya - upaya secara simultan yakni mulai dari pra bencana, tanggap darurat, hingga pasca bencana.

Penanggulangan bencana adalah proses dinamis, rencana, terorganisir dan berkelanjutan. Oleh sebab itu diperlukan usaha - usaha untuk meningkatkan kualitas, baik yang berhubungan dengan pengamatan, analisa bahaya dan pencegahan serta mitigasi atau peredaman dampak bencana, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, restorasi dan rehabilitasi maupun rekonstruksi.

" Karena salah satu dari tujuan penanggulangan bencana ialah memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana, menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinir, menghargai budaya lokal, membangun partisipasi masyarakat," jelasnya.

" Serta dalam kegiatan juga ada pameran - pameran kendaraan praktis dari kawan - kawan komunitas Babel Peduli," lanjutnya.

Saat ini, diakuinya paradigma penanggulangan bencana sudah mengalami perubahan dari fatalistik responsif ke referentif proaktif. Artinya penanggulangan bencana dunia tidak lagi terfokus penanganan darurat saja atau saat terjadi bencana tetapi lebih bersikap kepada kesiapsiagaan yang aktif. Dengan kata lain kita dituntut untuk lebih siap siaga dengan sekuat tenaga untuk menghadapi bencana yang akan datang.

" Kesiapsiagaa sangat penting karena salah satu cara untuk mengurangi resiko atau dampak bencana. Selain itu untuk lebih memfokuskan dalam mewujudkan ketahanan masyarakat agar masyarakat memiliki kemampuan mengelola diri sendiri guna menghadapi bencana yang terjadi disekitarnya," tukasnya.

Konsekuensi dari perubahan paradigma diatas diterangkannya, diperlukan satu konsep penanggulangan bencana yang berbasis masyarakat. Hal ini harus menjadi satu niat Bersama antara penerintah dan masyarakat, karena tanggung jawab penangulang bencana suatu negara sepenuhnya dilakukakn pemerintah dan dilaksanakan bersama - sama masyarakat.

" Kami berharap penanggulangan bencana baik bencana alam, bencana sosial dan bencana non alam dapat dilakukan secara paripurna dan sebagai salah satu kearifan lokal seperti kentongan, yang mana nanti pada saat simulasi atau tanda kesiapsiagaan kita menggunakan kentongan. Karena pada saat bencana pasti keadaan listrik mati jadi kentongan dengan alat apa saja seperti bambu, panci atau tiang listrik dalam terjadinya bencana dan itu yang akan kita simbilkan dalam kegiatan ini," harapnya. (AsF)