Camping Ground Tikus Emas

Adaptasi Pembelajaran Efektif 'DALAM KEBIASAAN BARU'

18, July 2020 - 11:03 AM
Reporter : adithan
Tiara Ramadhani, M.Kesos. Dosen Sosiologi, Fisip, UBB
Tiara Ramadhani, M.Kesos. Dosen Sosiologi, Fisip, UBB

BANGKA TERKINI - BANGKA BELITUNG --- Awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan munculnya wabah virus covid-19 yang melanda berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Kemunculan wabah covid-19 yang saat ini sudah menjadi pandemi di seluruh dunia menimbulkan berbagai dampak bagi aspek kehidupan manusia, diantaranya sektor ekonomi, social, politik, kesehatan dan Pendidikan. Berbagai dampak yang terjadi akibat pandemi covid-19 memberikan perubahan bagi sektor-sektor tersebut, diantaranya adalah bagaimana masyarakat bisa beradaptasi dengan perubahan tersebut.

Ancaman covid-19 tersebut mengharuskan Pemerintah untuk membatasi aktivitas masyarakat diluar rumah, mulai dari aktivitas sosial masyarakat, dunia usaha untuk membatasi aktivitas usahanya, perkantoran untuk memberlakukan para pegawainya bekerja dari rumah, termasuk dunia pendidikan untuk merubah pola pembelajaran menjadi pembelajaran jarak jauh (daring). Hal tersebut tentu saja menimbulkan ketidaknyamanan dalam masyarakat dikarenakan harus membatasi aktivitas-aktivitas dengan memanfaatkan teknologi, sehingga menimbulkan permasalahan baru bagi masyarakat yang terkendala dengan teknologi.

Pada dasarnya, munculnya berbagai dampak yang ditimbulkan akibat covid-19 mau tidak mau mengharuskan masyarakat untuk bisa menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Sektor ekonomi, sosial, politik, kesehatan, dan Pendidikan tidak mungkin berhenti dikarenakan pandemic covid-19, semua sector tersebut harus tetap berjalan, Dengan kata lain, masyarakat harus bisa beradaptasi dengan situasi tersebut. Itulah saat ini yang sedang terjadi di Indonesia, Pemerintah menerapkan adaptasi kebiasaan baru dalam berbagai sektor, tidak terkecuali sektor Pendidikan yang harus tetap berlangsung.

Adaptasi kebiasaan baru merupakan skenario Pemerintah untuk membantu percepatan penanganan covid-19 dalam bentuk perubahan perilaku untuk menjalankan aktivitas secara normal dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan. Kebiasaan baru tersebut bertujuan agar perekonomian masyarakat bisa tetap berjalan, tetapi di satu sisi tetap menekan agar penyebaran covid-19 meluas. Adaptasi kebiasaan baru ini dapat diterapkan di berbagai sektor, seperti di tempat kerja, sektor pelayanan publik, industri dan sekolah. Dan saat ini pun beberapa daerah sudah menerapkan skenario adaptasi kebiasaan baru.

Berbicara mengenai adaptasi kebiasaan baru, merupakan langkah yang tepat yang diambil oleh Pemerintah, apalagi dalam sektor Pendidikan. Mengingat sektor Pendidikan tidak mungkin dihentikan pelaksanaannya, karena hal tersebut berkaitan dengan masa depan generasi penerus bangsa yang disatu sisi mereka tetap membutuhkan asupan Pendidikan, tapi disisi lain mereka juga harus dilindungi dari penyebaran covid-19, mengingat anak-anak menjadi kelompok rentan terhadap covid-19, sehingga adaptasi kebiasaan baru dalam sektor Pendidikan harus dipertimbangan dengan matang, dipersiapkan dengan persiapan yang maksimal, jangan sampai keinginan untuk tetap membuka kembali sekolah malah akan menimbulkan permasalahan baru yaitu meningkatnya kasus covid-19 dari klaster Pendidikan.

Sektor Pendidikan yang harus tetap dilaksanakan dengan berbagai pertimbangan dan persiapan, tidak hanya menjadi fokus bagi Pemerintah selaku eksekutor di tingkat atas, tetapi juga pihak sekolah selaku pelaksana utama yang harus mempersiapkan banyak hal, mulai dari kesiapan tenaga pendidik (guru, dosen) dan peserta didik (siswa, mahasiswa). Selain itu, hal yang tidak kalah penting yang harus diperhatikan adalah kesiapan fasilitas dari sekolah/kampus yang akan melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) di era new normal. Ketika fasilitas yang disediakan oleh pihak sekolah/kampus tidak memadai, maka dipastikan KBM tidak akan maksimal. Sehingga disini banyak hal yang memang harus dipersiapkan sekolah/kampus ketika memutuskan untuk kembali melaksanakan KBM.

Menoleh ke beberapa Negara yang sudah terlatih menerapkan KBM secara daring, tentu bukan menjadi kendala lagi. Tetapi, bagi beberapa Negara yang masih “baru” dalam melaksanakan KBM secara online, tentu saja membutuhkan  “adaptasi” baik itu dari segi sekolah/kampus maupun dari peserta didiknya. Sehingga tidak serta merta KBM secara online dapat diterapkan langsung, jikapun terpaksa seperti di awal kemunculan covid-19, hasilnya akan kurang efektif dan jauh dari maksimal. Materi memang tersampaikan, tetapi peserta didik kurang memahami, karena berbagai kendala diantaranya teknologi yang kurang memadai, internet yang kurang mendukung, kesiapan peserta didik sebagai user yang tidak siap, sehingga hasilnya pun tidak optimal.

Walaupun saat ini Pemerintah melalui Kemendikbud sudah menyediakan platform untuk KBM, tetap saja tidak semua sekolah, kampus siap untuk menggunakan platform tersebut. Kembali lagi persoalannya adalah dari institusi pelaksana KBM tersebut. Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak agar KBM secara daring dapat berjalan optimal dan tujuan dari KBM tersebut tercapai, tidak hanya tersampaikannya materi, tetapi peserta didik mengerti, memahami dan mampu memberikan feedback atas materi yang disampaikan, sehingga disini hal mendasar juga akan terlihat dari adanya perubahan RPS (Rencana Pembelajaran Semester) yang didalamnya memasukkan aspek media yang digunakan, evaluasi keberhasilan, assessment dan lain sebagainya yang sesuai dengan KBM secara online.

Saat ini Pemerintah memiliki dua pilihan dalam sektor Pendidikan, intinya tetap dilaksanakan. Pilihan pertama adalah ketika Pemerintah memutuskan untuk tetap melaksanakan KBM secara tatap muka, banyak hal yang harus dipersiapkan agar penyebaran covid-19 tidak meluas mengingat anak-anak adalah kelompok rentan. Termasuk didalamnya adalah kesiapan resiko yang nantinya akan diterima oleh Pemerintah, karena memberikan arahan kepada anak-anak tidak semudah memberikan arahan kepada orang dewasa. Bagaimana pelaksanaan KBM tetap mengedepankan protokol kesehatan. Tentu saja bukan hal yang mudah.

Pilihan kedua adalah, Pemerintah dan institusi pelaksana menyiapkan fasilitas dan SDM yang memadai untuk menunjang pelaksanaan KBM secara online agar tujuan dari KBM tercapai sebagaimana mestinya. Tentu saja kedua pilihan tersebut, memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Itulah mengapa pentingnya kita “beradptasi” dengan keadaan, “beradaptasi” dengan kebiasaan baru. Proses tersebut berlangsung secara bertahap, tidak serta merta berhasil, membutuhkan evaluasi agar kedepannya Pemerintah dan institusi Pendidikan siap untuk melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam skema kebiasaan baru.


Penulis : 

Tiara Ramadhani, M.Kesos.

Dosen Sosiologi, Fisip, UBB