Camping Ground Tikus Emas

Webinar Literasi Digital Kabupaten Bangka Barat 'Menjadi Pendidik Kreatif di Era Digital'

06, August 2021 - 04:15 PM
Reporter : adithan
Webinar Literasi Digital Kabupaten Bangka Barat 'Menjadi Pendidik Kreatif di Era Digital'
Webinar Literasi Digital Kabupaten Bangka Barat 'Menjadi Pendidik Kreatif di Era Digital'

BANGKA BELITUNG TERKINI - BANGKA BARAT - Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bangka Barat Mulai bergulir Selasa, 1 agustus 2021 pukul dua siang telah dilangsungkan Webinar bertajuk“Menjadi Pendidik Kreatif di Era Digital”

Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI ini bertujuan mendoron gmasyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif-nya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.

Pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 202,6jutajiwa. Total jumlahpenduduk Indonesia sendirisaatiniadalah 274,9jutajiwa. Ini artinya, penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7persen.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah terkait literasi digital. "Hasil survey literasi digital yang kita lakukan bersama siberkreasi dan kata data pada 2020 menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia masih pada angka 3,47dari skala 1 hingga 4. Hal itu menunjukkan indeks literasi digital kita masih di bawah tingkatan baik," katanya lewat diskusi virtual. Dalam kontek sinilah webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI ini menjadi agenda yang amat strategis dan krusial, dalam membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.

Pada webinar yang menyasar target segmen pimpinan sekolah dan komite sekolah di Bangka Barat dansukses dihadiri 1000 lebih peserta daring ini, hadir dan memberikan materinya secara virtual, para Narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakniAris Aryanti, S.Si (PYP Coordinator Al Firdaus Islamic School), Dr. Kaswanto, SP, M.Si (Dosen IPB dan Praktisi), Drs. Sukirman, M.Si (Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Bangka Barat), Dr. H. Janawi, M.Ag ( Wakil Rektor III IAIN SAS Bangka Belitung).Pegiat media sosial yang jugaseorang  kreator konten, Popi, bertindaksebagai Key Opinion Leader (KOL) dan memberikan pengalamannya.

Pada Sesi pertama,Aris Aryanti, S.Si menjelaskan bahwa kita harus memiliki digital skills. Karena kita sudah masuk ke era revolusi industri 4.0 yang menjadi ciri utamanya adalah digitalisasi, hal ini berbeda dengan revolusi sebelumnya. Ketika kita sudah masuk ke era maka ini ada banyak sekali perubahan dan penyesuaian, contohnya big data, sistem raport daring, berkembangnya alat simulasi, penyimpanan ada di cloud yang bisa kita akses dimana saja. Ketika kita sudah masuk ke dunia digital ini, maka yang kita perlukan adalah kemampuan beradaptasi. Industri 4.0 memiliki dampak yang sudah kita rasakan sampai saat ini, yaitu perubahan yang dinamis. Di masa pandemi ini, kita menghadapi pembelajaran daring, mau tidak mau kita harus memiliki kemampuan digital. Dengan demikian pendidik dituntut berakselerasi. Kita ini adalah pendidik yang didik dengan produk masa lalu, nah kita diminta untuk mendidik anak masa kini yang sudah bersahabat dengan google dan internet. Jadi, kita sebagai pendidik harus menjadi pemelajar sejati (long life learner) agar kita bisa meningkatkan kemampuan kita sebagai pendidik.

Giliran pembicara kedua, Dr. Kaswanto, SP, M.Si mengatakan bahwa saat ini harapan kita untuk menjadi pendidik kreatif di era digital. Empat komponen yang sangat penting di era digital, yaitu, gawai, aplikasi, jaringan, dan data. Kadang sebagai pengguna aplikasi kita tidak tahu bahwa akun kita sedang diretas karena kurangnya edukasi untuk kita semua. Selanjutnya yang juga penting dalam keamanan digital adalah jejak digital atau digital footprint yaitu tapak data yang tertinggal setelah kita beraktivitas di dunia digital. Adapun bahaya yang dapat ditimbulkan dengan menyisakan jejak digital adalah digital exposure yaitu menyebabkan kerugian yang cukup parah, seperti pencurian identitas dan tindakan kriminal lainnya. Phising, yaitu serangan manipulatif yang bisa membahayakan pengguna dengan membobol data penting kita seperti rekening ATM, atau berbagai file betrharga lainnya. Dan yang terakhir adalah reputasi profesional. Kemudian, tips untuk menangani jejak digital yaitu, saring sebelum sharing, jangan mengunggah data pribadi kita, baca syarat dan ketentuan jika mengunduh aplikasi, lakukan pengecekan berkala, dan jika memungkinkan gunakan aplikasi dalam mode private.

Tampil sebagai pembicara ketiga, Drs. Sukirman, M.Si pendidik terbagi ke dalam dua tipe, yang pertama pendidik yang belum begitu paham dengan teknologi namun memiliki semangat untuk mempelajarinya dan yang kedua adalah pendidik yang sudah cukup paham dengan teknologi yang masih memerlukan pembinaan dan pelatihan. saat ini hingga nanti, pembelajaran daring akan menjadi keharusan dengan menembus batas ruang dan waktu. Pendidik harus sadar bahwa ada alternatif dalam proses pembelajaran yaitu internet. Kemudian, pendidik harus terus mengembangkan potensi diri tentang  teknologi sehingga bisa beradaptasi, berkreasi, dan berinovasi guna menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Pendidik yang kreatif adalah pendidik yang bisa memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajarannya dan diterapkan melalui e-learning. Menjadi pendidik yang inovatif adalah berani mencoba hal baru dengan membuat video pembelajaran dan podcast sehingga bisa terus berkembang di dunia digital.

Pembicara keempat, Dr. H. Janawi, M.Ag menegaskan bahwakompetisi adalah masa lalu, kolaborasi dan sinergi adalah masa depan. Bicara mengenai digitalisasi berarti kita harus banyak melakukan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak. Situasi pandemi ini membuka mata kita semua, yang mulanya kita belajar secara konvensional dan saat ini mengubah paradigma kita semua bahwa untuk ke depan sistem pembelajaran kita akan menganut kombinasi pembelajaran daring dan luring. Oleh karen itu, mari kita ambil sisi positif untuk segala perubahan yang ada. Bicara tentang etika profesi, sebenarnya etika pendidik termaktub di kode etik. Untuk  menjadi pendidik yang profesional, maka kita harus bisa memahami nilai-nilai yang kita pegang sebagai pendidik. Sebagai pendidik, penting sekali kita untuk memiliki kejujuran akademik , berpikir terbuka, dan paham tentang IPTEK. Dengan demikian, sebagai pendidik, marilah kita membuka mata kita, terus menningkatkan kemampuan diri kita, dan bersahabat dengan teknologi agar kita bisa menjadi pendidik yang inovatif.

Poppi sebagai key opinion leader dalam webinar kali ini, menuturkan bahwa saat ini perkembangan teknologi memiliki dampak positif dan negatif, tinggal balik lagi ke diri kita masing-masing memanfaatkan dunia digital dengan hal positifkah atau malah sebaliknya. Dalam keseharian saya, banyak keuntungan yang didapatkan dengan hadirnya media digital ini. Sangat prihatin sekali anak 3 tahun sudah diberikan gawai, ini menyayangkan sekali sebenarnya, karena seharusnya anak kita yang masih harus bermain dengan lingkungannya. Ini sebenarnya menjadi tanggungjawab para orang tua untuk beradaptasi dengan digitalisasi dengan sebaik-baiknya. Saya juga ketika mendapatkan informasi di media sosial, biasnya saya selalu saring terlebih dahulu sebelum saya benar-benar yakin utnuk sharing ke banyak orang.

Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Ibu Fatimah, menanyakan dalam situasi pandemi ini, bagaimana cara kita agar peserta didik dapat mengenal kita dan kita bisa mengenal lebih dalam peserta didik kita? dan dijawab oleh oleh Wakil Rektor III IAIN SAS Bangka Belitung  (Dr. H. Janawi, M.Ag), pertama, pendidik harus memiliki kompetensi, pedagogis itu ada salah satu  instrumen penilaian pendidik adalah memahami karakteristik peserta didik. Ketika kita menjadi pendidik, hampir semua peserta didik harus kita pahami, kalau kita bertemu dengan peserta didik yang belum pernah bertemu dengan kita, maka kita harus dapat mendeskripsikan diri kita dalam tulisan atau bukti fisik, bahwa kita adalah pendidik yang mengampu mata pelajaran ini.

Webinar ini merupakan kegiaan kelima dari 13 rangkaian webinar yang akan diselenggarakan di kabupaten Kabupaten Bangka Barat. Masyarakat diharapkan dapat hadir pada webinar-webinar yang akan dilaksankan pada 16 Agustus 2021 dengan tema “Mau Gaul Beretika, Saring sebelum Sharing”. (*)