Camping Ground Tikus Emas

Webinar Literasi Digital Bangka Barat (Babar) 'Perempuan Melek Digital, Awasi Dampak Buruk Internet Bagi Anak'

13, October 2021 - 05:35 PM
Reporter : adithan
Webinar Literasi Digital Bangka Barat (Babar) 'Perempuan Melek Digital, Awasi Dampak Buruk Internet Bagi Anak'
Webinar Literasi Digital Bangka Barat (Babar) 'Perempuan Melek Digital, Awasi Dampak Buruk Internet Bagi Anak'

BANGKA BELITUNG TERKINI - Rangkaian Webinar Literasi Digital di Kabupaten Bangka Barat Mulai bergulir pada Kamis, 7 Oktober 2021, telah dilangsungkan Webinar bertajuk Perempuan Melek Digital, Pengawasan Dampak Buruk Internet Bagi Anak.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah terkait literasi digital. "Hasil survei literasi digital yang kita lakukan bersama siber kreasi dan kata data pada 2020 menunjukkan bahwa indeks literasi digital Indonesia masihpadaangka 3,47 dari skala 1 hingga 4. Hal itu menunjukkan indeks literasi digital kitamasih di bawah tingkatan baik," katanyalewatdiskusi virtual.Dalamkonteksinilah webinar literasi digital yang diselenggarakanolehKementerianKominfo RI inimenjadi agenda yang amat strategis dan krusial, dalam membekali seluruh masyarakat Indonesia beraktifitas di ranah digital.

Pada webinar yang menyasar target segmen masyarakat Bangka Barat dan sukses dihadiri 496 peserta daring ini, hadir dan memberikan materinya secara virtual, paraNarasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Masfuukhatur Rokhmah, M.Psi (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma), Fitria Widi Waluya (Mediapreneur, TV Presenter, dan, Owner Eloxa). Hj. Melati Erzaldi, S.H.(Ketua TP PKK Provinsi Kep.Bangka Belitung),Syarifah, M.S.I(Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN SAS Bangka Belitung). Pegiat media sosial yang jugaseorang news presenter, Jurnalis TV One, Moderator/MC, Safira, Bertindaksebagai Key Opinion Leader (KOL) dan membagikan pengalamannya.

Pada Sesi pertama, Hj. Melati Erzaldi, S.H.menjelaskan bahwa anak sebagai salah satu sumber daya manusia dan merupakan generasi penerus bangsa. Dalam perundang-undangan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk yang masih dalam kandungan. Adapun aspek yang harus dibangun bagi perkembangan anak adalah, perkembangan moral keagamaan, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan motorik, perkembangan problem. Berdasarkan data yang kami dapat, remaja-remaja di kota besar sudah pernah mengakses pornografi. Dengan demikian, sebagai orang tua kita merek digital dan selalu mengawasi apa yang anak-anak kita akses melalui internet. Selain itu, kita harus mendidik anak-anak kita sesuai zamannya guna bisa meneysuaikan dengan kondisi saat ini.

Giliran pembicara kedua, Masfuukhatur Rokhmah, M.Psi. mengatakan bahwa sebagai orang tua kita jangan hanya memberikan fasilitas saja kepada anak-anak, akan tetapi juga pendampingan yang baik agar anak-anak kita tidak salah lagkah. Ada beberapa tantanan orang tua di era digital, yakni, kemudahan akses internet, bebas online tanpa aturan, anak zaman sekarang tahu lebih banyak daripada orang tua, dunia user generated content, anak ingin kebebasan. Nah, dengan demikian orang tua harus dapat memahami cara penggunaan gawai berdasarkan identifikasi kebutuhan, menerapkan aturan penggunaan gawai, termasuk cara menggunakan, batasan, tempat, dan waktu main gawai dengan mengatur screen time sesuai sia dan tata cara berinteraksi di dunia digital.

Tampil sebagai pembicara ketiga, Fitria Widi Waluyamenuturkan bicara mengenai budaya digital bahwa saat ini kita sudah melalui berbagai hal hasil kerja keras pemikiran manusia.Kita saat ini sudah memasuki ruang digital, kita sudah merasakan saat ini bahwa ruang maya sudah seperti ruang fisik. Bicara mengenai perempuan, ternyat ada digital gap antara perempuan dan pria. Adapun digital gap yang sering kita temukan yakni, Technophobia, peran tradisional, keamanan dan privasi, bias AI. Selain itu, kita mengetahui karakteristik orang tua milenial, yaitu, tumbuh bersama internet dan medsos, memiliki tech savvy skill, memiliki anak di usia matang, mengabadikan milestone si kecil di medsos, mencari gaya parenting di internet, mengutamakan tumbuh kembang anak secara mandiri, suami isteri memiliki peran yang sama, dan bekerja multitasking.

Pembicara keempat, Syarifah, M.S.I menegaskan bahwa kita harus mengenal istilah anak menurut UU RI no 4 tahun 1979 tentang kesejahteran anaka: “anak adalah mereka yang berusia 21 tahun dan belum menikah”. Saat ini banyak sekali dampak positif internet ketika berinteraksi apalagi anak-anak kita saat ini belajar menggunakan internet. Dampak positif tersebut mencakupi, di bidang ekonomi, website usaha, e-commerce, bisnis start up, dan industri kretaif lainnya, di bidang pendidikan, media pembelajaran daring, sumber belajar, di bidang informasi, kita bisa mengakses informasi kapanpun dan dimanapun, bidang kesehatan, refrensi kesehatan dan jasa pelayanan secara online , dibidang hiburan, kita bisa mengakses media sosial, dan lainnya. Selain itu, adapun dampak negatif dari internet adalah, kecanduan internet, perjudian, pornografi, pencurian data pribadi, cyber bulliying, mengabaikan orang di sekitar, menjadi pribadi pemarah, membuang-buang waktu, mendapat pengaruh buruk, dan masalah kesehatan.

Safira Sebagai key opinion leader dalam webinar kali ini, menuturkan bahwaketika membicarakan dunia digital dan anak pastilah kita bicara mengenai gawai, belajar daring, game, internet, dan media sosial. Pada saat pandemi seperti ini kita harus belajar secara cepat tentang dunia digital karena kita sudah berinterasksi dengan dunia maya. Banyak sekali dampak yang tidak kita inginkan ketika anak-anak menggunakan internet secara berlebihan, yaitu kesehatan fisik dan mental, perundungan, dan hal-hal negatif lainnya. Selain itu, saya setuju sekali bahwa saat ini etika dunia maya sebenarnya sama seperti dengan dunia fisik, mengucapkan maaf, terima kasih adalah hal sederhana yang harus kita ajarkan kepada anak.

Para pesertamengikutidenganantusiasseluruhmateri yang disampaikandalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Syahrul Hidayatullah, apakah orang tua harus lebih pandai dari anaknya dan bagaimana cara mengajarkan orang tua yang tidak belum melek digital dan dijawab oleh Masfuukhatur Rokhmah, M.Psi (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma),dibeberapa negara sering kita temui bahwa anak-anak ternyata memang lebih pandai dari orangtuanya, sebenarnya sebagai orang tua harus menyesuaikan dengan situasi saat ini guna memberikan jawaban apabila anak-anak kita bertanya tentang suatu hal. Untuk mengajarkan seseuatu kepada orang tua hendaknya kita tidak terkesan menggurui akan tetapi memberikan kesan ajakkan agar orang tua kita tidak merasa sedang diajrkan sesuatu pleh anaknya.

Webinar ini merupakan satu dari rangkaian ke-12 webinar yang diselenggarakan di Kabupaten Bangka Barat. Masyarakat diharapkan dapat hadir pada webinar-webinar yang akan datang.